Selasa, 23 Maret 2010

Patologi dan Gejala Klinis

Pada manusia larva cacing tidak menjadi dewasa dan mengembara di alat-alat dalam, khususnya di hati. Penyakit yang di sebabkan larva yang mengembara ini disebut visceral larva migrans, dengan gejala eosinofilia, demam dan hepatomegali. Visceral larva migrans dapat juga di sebabkan oleh Nematoda lain.

Infeksi kronis biasanya ringan terutama menyerang anak-anak, yang belakangan ini cenderung juga menyerang orang dewasa, disebabkan oleh migrasi larva dari Toxocara dalam organ atau jaringan tubuh.

Gejala klinis ditandai dengan eosinofilia yang lamanya bervariasi, hepatomegali, hiperalbuminemia, gejala paru dan demam. Serangan akut dan berat dapat terjadi, dalam keadaan ini lekosit dapat mencapai 100,000/mm3 atau lebih (dengan unit SI lebih dari 100 x109/l), dengan 50 – 90% terdiri dari eosinofil. Gejala klinis bisa berlangsung sampai satu tahun atau lebih. Bisa timbul gejala pneumonitis, sakit perut kronis, ruam seluruh tubuh dan bisa juga timbul gejala neurologis karena terjadi kelainan fokal.

Bisa juga tejadi endoftalmitis oleh karena larva masuk ke dalam bola mata, hal ini biasanya terjadi pada anak yang agak besar, berakibat turunnya visus pada mata yang terkena. Kelainan yang terjadi pada retina harus dibedakan dengan retinoblastoma atau adanya massa lain pada retina. Penyakit ini biasanya tidak fatal. Pemeriksaan Elisa dengan menggunakan antigen stadium larva sensitivitasnya 75 – 90% pada visceral larva migrans (VLM) dan pada infeksi bola mata. Prosedur western blotting dapat dipakai untuk meningkatkan spesifisitas dari skrining menggunakan Elisa.

2. Cara-cara Penularan

Kebanyakan infeksi yang terjadi pada anak-anak adalah secara langsung atau tidak langsung karena menelan telur Toxocara yang infektif. Secara tidak langsung melalui makanan seperti sayur sayuran yang tercemar atau secara langsung melalui tanah yang tercemar dengan perantaraan tangan yang kotor masuk kedalam mulut.

Sebagian infeksi terjadi karena menelan larva yang ada pada hati ayam mentah, atau hati sapi dan biri biri mentah. Telur dikeluarkan melalui kotoran anjing dan kucing.

Telur memerlukan waktu selama 1 – 3 minggu untuk menjadi infektif dan tetap hidup serta infektif selama beberapa bulan; dan sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang kering.

Telur setelah tertelan, embrio akan keluar dari telur didalam intestinum; larva kemudian akan menembus dinding usus dan migrasi kedalam hati dan jaringn lain melalui saluran limfe dan sistem sirkulasi lainnya. Dari hati larva akan menyebar ke jaringan lain terutama ke paru-paru dan organ-organ didalam abdomen (visceral larva migrans), atau bola mata (Ocular larva migrans), dan migrasi larva ini dapat merusak jaringan dan membentuk lesi granulomatosa.

Parasit tidak dapat melakukan replikasi pada manusia dan pada hospes paratenic/endstage lain; namun larva dapat tetap hidup dan bertahan dalam jaringan selama bertahun-tahun, terutama pada keadaan penyakit yang asymptomatic. Jika jaringan hospes paratenic dimakan maka larva yang ada pada jaringan tersebut akan menjadi infektif terhadap hospes yang baru.

3. Masa Inkubasi

Masa inkubasi pada anak-anak berlangsung dalam beberapa minggu dan beberapa bulan dan sangat tergantung pada intensitas infeksi, terjadinya reinfeksi dan sensitivitas penderita. Gejala okuler muncul 4 – 10 tahun setelah terjadinya infeksi awal. Masa inkubasi dari infeksi yang diperoleh karena mengkonsumsi hati mentah sangat cepat (beberapa jam sampai beberapa hari).

4. Gejala

Toksokariasis biasanya menyebabkan infeksi yang relatif ringan pada anak-anak usia 2-4 tahun, tetapi juga bisa mengenai anak-anak yang lebih tua dan dewasa.

Gejalanya dimulai dalam beberapa minggu setelah terinfeksi atai bisa tertundan sampai beberapa bulan, tergantung seringnya pameparan dan kepekaan seseorang terhadap larva.

Yang pertama timbul adalah demam, batuk, atau bunyi nafas mengi dan pembesaran hati. Beberapa penderita mengalami ruam-ruam di kulit, pembesaran limpa dan pneumonia yang hilang-timbul.

Anak-anak yang lebih besar cenderung tidak menunjukkan gejala atau gejalanya ringan, tapi mereka bisa mengalami luka di mata yang mengakibatkan gangguan penglihatan dan bisa dikelirukan dengan suatu tumor ganas di mata.

5. Diagnosa Penyakit

Cara diagnosis toksokariasis sulit karena cacing ini tidak menjadi dewasa, maka dari itu harus dilakukan tes immunologis atau biopsi jaringan.
Diduga terserang suatu toksokariasis, bila pada seseorang ditemukan

- kadar eosinofil yang tinggi (eosinofil adalah sejenis sel darah putih)
- pembesaran hati
- peradangan paru-paru
- demam
- kadar antibodi yang tinggi dalam darah.

6. Cara Pencegahan

1). Berikan penyuluhan kepada masyarakat, terutama kepada pemilik binatang peliharaan tentang bahaya dari kebiasaan pica (menggigit, menjilat benda-benda) yang terpajan daerah yang tercemar oleh kotoran hewan peliharaan. Juga dijelaskan tentang bahaya mengkonsumsi hati mentah hewan yang terpajan dengan anjing dan kucing. Orang tua dan anak-anak diberitahu tentang risiko kontak dengan binatang peliharaan seperti anjing dan kucing dan bagaimana cara mengurangi risiko tersebut.

2). Hindari terjadinya kontaminasi tanah dan pekarangan tempat anak-anak bermain dari kotoran anjing dan kucing, terutama didaerah perkotaan dikompleks perumahan. Ingatkan para pemilik anjing dan kucing agar bertanggung jawab menjaga kesehatan binatang peliharaannya termasuk membersihkan kotorannya dan membuang pada tempatnya dari tempat-tempat umum. Lakukan pengawasan dan pemberantasan anjing dan kucing liar.

3). Bersihkan tempat-tempat bermain anak-anak dari kotoran anjing dan kucing. Sandboxes (kotak berisi pasir) tempat bermain anak-anak merupakan tempat yang baik bagi kucing untuk membuang kotoran; tutuplah jika tidak digunakan.

4). Berikan obat cacing kepada anjing dan kucing mulai dari usia tiga minggu, diulangi sebanyak tiga kali berturut-turut dengan interval 2 minggu dan diulang setiap 6 bulan sekali. Begitu juga binatang piaraan yang sedang menyusui anaknya diberikan obat cacing. Kotoran hewan baik yang diobati maupun yang tidak hendaknya dibuang dengan cara yang saniter.

5) Biasakan mencuci tangan dengan sabun setelah memegang tanah atau sebelum makan.

6). Ajarkan kepada anak-anak untuk tidak memasukan barang-barang kotor kedalam mulut mereka.

7. Pengobatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar