Selasa, 11 Mei 2010

Meningkatnya Kecelakaan

KOMPAS.Belakangan ini saya mempunyai kesan kematian akibat kecelakaan di negeri kita meningkat. Saya mengikuti pemberitaan di media massa mengenai kecelakaan di sejumlah daerah di Tanah Air. Kecelakaan di jalan raya, kecelakaan di air, kecelakaan di udara, dan juga kecelakaan akibat penggunaan tabung gas. Kecelakaan akibat bencana alam.

Kita rasanya perlu peduli mengenai kecelakaan ini. Sayangnya, saya juga mempunyai kesan kebanyakan kita hanya mengikuti beritanya, tetapi tidak melakukan upaya untuk menurunkan angka kecelakaan tersebut. Setiap orang yang mengalami kecelakaan serta keluarganya akan mengalami penderitaan dan menanggung beban yang berat. Mereka tidak sekadar angka, tetapi adalah manusia seperti kita juga.

Saya tak tahu apakah mencegah kecelakaan merupakan salah satu upaya kesehatan. Namun, saya merasa lebih mudah mendekati persoalan ini dari segi kesehatan daripada segi hukum dan lain-lain. Karena itu, saya ingin bertanya apa upaya kalangan kesehatan untuk menurunkan angka kecelakaan yang menimbulkan kecacatan dan kematian tersebut.

Saya mengerti masalah ini memerlukan dukungan dari berbagai pihak. Kalangan kesehatan tak dapat bekerja sendiri, tetapi harus dibantu oleh pemerintah pusat maupun daerah, pengelola transportasi. Namun, saya ingin agar kalangan kesehatan yang mengambil inisiatif untuk mencarikan upaya pencegahan kecelakaan yang efektif di negeri kita.

M di B

Jawaban

Kita sudah bertekad untuk membangun sumber daya manusia yang sehat dan produktif. Kecelakaan memang dapat dicegah meski sudah tentu tidaklah mudah untuk melenyapkan kecelakaan. Di negara yang sudah terbilang maju sekali pun kecelakaan masih saja terjadi. Hanya bedanya, kecelakaan yang terjadi di negeri kita sebagian besar adalah akibat kelalaian kita.

Perilaku kita belum sesuai dengan perilaku yang aman yang menghindari kecelakaan. Kita memakai helm ketika mengendarai motor dengan tujuan melindungi kepala kita dari benturan benda keras. Namun, tak sedikit orang yang memakai helm sekadar menghindari sanksi polisi lalu lintas. Akibatnya, jika tak ada polisi, dia tak menggunakan helm dengan baik.

Begitu pula dengan sabuk pengaman. Padahal, sabuk pengaman telah dibuktikan dapat menurunkan risiko kecacatan dan kematian jika terjadi tabrakan. Namun, sekali lagi masih banyak orang yang menggunakannya sekadar untuk mematuhi peraturan. Jadi, sikap sadar akan bahaya kecelakaan ini harus ditingkatkan di masyarakat.

Kecelakaan mengintai kita. Bahkan di rumah juga dapat terjadi kecelakaan, kebakaran, ledakan tabung gas, tersengat listrik, dan kecelakaan pada anak yang bermain di dapur, di tangga, atau di kolam renang rumah. Kita biasanya sadar atas bahaya kecelakaan jika telah ada kecelakaan. Namun, kepedulian kita hanya sebentar dan segera akan hilang. Dan kecelakaan yang sama akan terjadi lagi dan memakan korban lagi.

Ambillah contoh perahu atau kapal yang terbalik. Pada umumnya penumpang perahu tak menggunakan pelampung meski di banyak transportasi laut pelampung tersedia. Saya pernah melihat kejadian di suatu daerah wisata penumpang meminta pelampung kepada yang punya perahu. Namun, yang punya perahu mengatakan tak apa-apa karena selama ini tak pernah ada kecelakaan di daerah wisata tersebut. Ini adalah potret perilaku kita yang rentan pada kecelakaan.

Sudah tentu peraturan dan pengawasan juga memang penting. Saya pernah mengikuti wisata sungai di Sungai Chaophraya, Bangkok. Tiba-tiba perahu kami didatangi polisi pengawas, rupanya ada penumpang yang tampak tak menggunakan pelampung. Mekanisme ini pada umumnya tak berjalan di negeri kita. Kita angkat topi pada kesetiakawanan masyarakat dan tim SAR yang bergerak cepat untuk menolong korban kecelakaan. Namun, alangkah baiknya jika sistem ini juga dilengkapi dengan sistem pencegahan kecelakaan yang efektif dan melindungi masyarakat.

Kebiasaan hidup aman

Pada umumnya kita mengharapkan pemerintah untuk bertindak menurunkan angka kecelakaan. Namun, perlu disadari bahwa masyarakat juga dapat melindungi diri mereka dengan mengamalkan sikap yang bebas kecelakaan. Ini termasuk menata rumah agar risiko kecelakaan di rumah minimal. Misalnya, dengan menjaga agar dapur, kamar mandi, tangga, instalasi listrik, gas, dan bahan kimia tak berisiko bagi penghuni rumah, terutama anak-anak dan orang berusia lanjut.

Saya pernah mendapat informasi yang menarik mengenai peningkatan keselamatan di sebuah perusahaan tambang di Kalimantan Timur. Di perusahaan tersebut sudah tentu ada upaya untuk mencapai bebas kecelakaan. Namun, penilaian terhadap karyawan terhadap keselamatan tidak berhenti pada waktu bekerja di perusahaan, tetapi harus menjadi kebiasaan hidup, baik di tempat kerja maupun di jalan atau di rumah.

Jika ada karyawan yang ditilang karena tak memakai sabuk pengaman di jalan raya, itu akan memengaruhi penilaian karyawan tersebut meski kejadiannya di luar tempat kerja. Perusahaan ini ingin menanamkan kebiasaan hidup yang aman baik di tempat kerja, di jalan, maupun di rumah. Jadi, kebiasaan hidup aman tersebut harus melekat pada diri kita, bukan karena peraturan perusahaan.

Media massa sebenarnya dapat membantu banyak. Berita yang menyedihkan tentang suatu kecelakaan dapat dilanjutkan dengan penyuluhan agar kejadian tersebut tak berulang. Alat alat yang berisiko menimbulkan kecelakaan, misalnya tabung gas, seharusnya dilengkapi dengan cara-cara menggunakan yang aman serta petunjuk mengenal kebocoran, dan lain-lain.

Kita bertekad untuk menurunkan angka kematian ibu, angka kematian bayi, dan sudah tentu kita juga ingin menurunkan angka kematian akibat kecelakaan.

Oleh Dr Samsuridjal Djauzi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar