Sabtu, 08 Mei 2010

Pernikahan Beda Agama dalam sudut pandang Prinsip Energi di Semesta

Dalam Prinsip Energi, maka semakin halus energi itu biasanya semakin tinggi kualitasnya. Dan sebenarnya kalau berbicara mengenai Energi Agama, adalah membicarakan sesuatu yang sangat halus, karena agama itu cara terdekat menuju Allah, Yang Maha Lembut, Yang Maha Tersembunyi.

Kalau mau di takar, sesungguhnya tingkat kehalusan energi agama itu adalah yang paling halus di alam semesta ini. Di dalam agama itu sudah ada energi cinta, energi memberi, energi do'a, energi bawah sadar, energi kasih sayang, energi keihklasan, energi keimanan, energi ketaqwaan dan lain sebagainya.

Jadi sesungguhnya, kalau kita benar dalam beragama, maka kita akan merasakan berbagai macam energi halus tersebut beserta dengan manfaat-manfaatnya dalam kehidupan kita.

Jadi, Energi Cinta itu sejatinya sudah otomatis ada di dalam Energi Agama. Dengan kata lain, kalau kita mencintai seseorang pasti kita sedang menjalankan agama kita. Sehingga, jika ada cinta yang lain selain dari cinta yang ada dalam wilayah agama, tentu saja itu adalah cinta yang tidak sehalus cinta yang berada di wilayah agama.

Sehingga bagi saya, kurang pas jika ada orang yang mengatakan bahwa cinta itu dapat menyatukan dua insan yang berbeda agama. Saya lebih suka mengatakan bahwa agama itu bisa menyatukan dua insan yang sedang jatuh cinta.

Dan jika ada dua insan yang berbeda agama saling mencintai dalam rangka menikah, maka sesungguhnya ada dua kemungkinan yang terjadi...yaitu :

1. Belum bertemunya diri dengan cinta sejati yang disuguhkan di dalam agamanya, sehingga ia mencari cinta yang lain, yang tidak sejati. Hal ini bisa jadi karena memang ia tidak beragama secara betul, artinya agama hanya dijadikan hiasan luar saja. Sehingga, ia sendiri tidak bisa menikmati keberagamaannya.

2. Sebenarnya ia sudah bertemu dengan cinta sejati lewat agamanya, tapi karena cinta yang “itu” godaannya sangat kuat, apalagi usia yang semakin bertambah, maka lambat laun ia mulai mencurigai agama yang dicintainya, ia mulai meragukan bahwa di dalam agamanya ada solusi terbaik dan terindah untuk permasalahan hidupnya.

Intinya, saya hanya ingin menyampaikan kepada sahabat semua bahwa agama itu ada di atas cinta, sebab agama itu meliputi Cinta. Jadi kalau ada orang yang menjadikan cinta berada di atas agama, lalu ia korbankan agamanya demi cinta, maka telah terjerumuslah ia ke dalam jurang energi yang tidak halus, atau dengan kata lain bahwa ia telah terjerumus ke dalam hawa nafsu sang ego.

Namun demikian, karena di dalam agama itu ada cinta yang murni, maka sebagai seseorang yang beragama, kita tetap harus mencintai seluruh umat manusia. Dengan kata lain, tidak baik jika di hati ini masih terbesit kebencian sang ego sedikitpun kepada umat yang berbeda agama, apalagi kepada yang satu agama, sebab berbeda golongan.

Bahkan, dalam sebuah perperangan, Jihad Fisik, Ali ra tidak jadi membunuh musuhnya yang sudah terjungkal, hanya karena musuhnya meludahinya. Artinya Ali ra tidak mau membunuh musuhnya karena rasa benci sebab telah diludahi, ia hanya mau membunuh untuk menegakkan agama, yakni rasa cinta yang murni.

Sahabat semua, mari kita tegakkan persaudaraan yang universal, tapi jangan korbankan agama kita demi tegaknya persaudaraan.

“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah... (Q.S. 2 : 165)”

Wallahu alam
KZ
sumber:http://cahaya-semesta.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar